Penugasan terakhir di Sulawesi Selatan

By | 22 Februari 2019

6 tahun sudah aku bertugas di Provinsi Sulawesi Selatan, yang pada akhirnya semua akan (p)indah pada waktunya. Tepat pertengahan Desember 2018, muncul SK mutasi yang mengakhiri perjalanan wisata  audit di provinsi tempat kelahiran Sultan Hasanuddin ini. Banyak banget cerita di 6 tahun ini, dari ujung utara Sulsel sampai ujung selatan, dari kabupaten ke kabupaten lain dengan ragam budayanya. Kalau mau ditulis, bakalan banyak banget deh, hehe…nanti aja kalau udah ada waktu luang ya.

Ngomongin dari ujung samai ujung, ujung utara Sulsel itu adalah Kabupaten Toraja Utara, ujung selatannya Kabupaten Kepulauan Selayar. Gimana dengan barat dan timur ? Kalau barat sih, tidak ada ujungnya karena bentuk Sulsel di bagian barat itu lurus. Nah kalau ujung timur, ada kabupaten namanya Luwu Timur. Sempat kepikiran, bertugas di ujung utara sudah, selatan sudah, bisa gak ya dapet penugasan di ujung timur ? Dan pertanyaan itu terjawab sudah.

Setelah mendapatkan SK mutasi, pertama yang dipikirin itu kapan pindahnya. Apakah bulan depan langsung pindah ? Hmm sepertinya berat, belum beres-beres barang juga. Gimana kalau bertahan 1 semester dulu ya, lagian gak buru-buru juga pindah. Setelah konsultasi dengan pak Bos, akhirnya disepakati kalau aku dapat perpanjangan penugasan sampai akhir Juni. Yeyy lumayan bisa ada waktu untuk beres-beres keperluan untuk pindah. Perpanjangan penugasan artinya aku akan ditugaskan kembali ke daerah atau kabupaten selama kurang lebih 2 bulan. Dannn, jeng jenggg, kok ya dapet Luwu Timur, haha….akhirnya ujung timur khatam juga.

Yah, akhirnya jalan juga deh ke Luwu Timur sambil diekorin ngajakin istri terendut tercintah. Perjalanan ke Malili, ibu kota Luwu Timur ditempuh dalam waktu sekitar 11 jam, kalau tidak salah berangkat abis Isya dan sampai di Malili jam 7 pagi. Malili ini kotanya masih sepi, susah banget nyari rame-rame di sini. Sempat tanya ke teman-teman di sini, di

mana sih tempat anak muda nongki-nongki, eh mereka juga bingung 😆 Ada kota lama, sebutan untuk daerah yang dulunya dihuni penduduk pertama kali di Malili ini, yang katanya rame eh ternyata juga sepi. Hari pertama di Malili, lapor dulu ke pak Wakil Bupati. Baju biru pake kacamata ganteng ya :mrgreen:

 

 

Lapor ke Wakil Bupati

Malili ini udaranya masih segar, enak buat jalan santai, lari-lari, atau sepedaan. Tapi kalau sepedaan siapin fisik ya, jalannya naik turun gak ada yang rata

sepedaan

Jangan anggap foto di bawah ini aku naik ke atas bukit naik sepeda. Faktanya, sepedanya dituntun sampai atas  😆 😆

bukitt

Di minggu kedua, aku berkunjung ke salah satu sekolah yang ada di seberang danau. Untuk ke sana, naik perahu. Danau Matano ini memang bersih dan bening. Oke selanjutnya nikmatin aja ya pemandangan di Danau Matano. Kerja buka laptop di atas perahu sambil makan duren diiringi angin sepoi-sepoi, nikmatttt

kapal1

kapal2

Itulah sepenggal perjalanan menyeberangi Danau Matano, dan akhirnya sampailah kita di sisi sebelah danau ini,  MORINA MATANO

Tidak jauh dari tepi danau, ada mata air namanya Bura-Bura, artinya gelembung-gelembung. Mata air dari tiga danau besar di daerah Surowako ini. Memang bener sih, dari dasar kolam banyak muncul gelembungnya, tapi  ini bukan kolam air panas ya.

Sekolah yang aku kunjungi adalah sekolah dasar. Sekedar info, di sini susah sekali sinyal telepon, apalagi internet. Jadi anak sekolah belum terkontaminasi sama sosial media dan sejenisnya. Kami disambut hangat oleh anak-anak SD dan juga guru-guru termasuk kepala sekolahnya yang ramah banget. Guru-guru sangat kooperatif dalam menjawab pertanyaan.

Berhubung sudah sore, kami pamitan dengan guru dan kepala sekolah

Perjalanan pulang dan sampai hotel sudah malam sekali, hampir jam setengah 9. Perjalanan yang melelahkan namun sangat menyenangkan. Bertemu dengan orang-orang yang sangat kooperatif dan ramah-ramah. Bener-bener gak rugi deh dapet perpanjangan masa tugas di Sulsel, hehe…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *